Tabiat luhur orang iman, yaitu:
3. وَاِيْمَانًا فِي يَقْيْنٍ
iman di dalam keyakinan. Orang yang beriman itu keimanannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan, yakin bahwa apa yang diperjuangkan itu benar. Tidak ragu-ragu dalam mengajak kebenaran. Rela berkurban untuk memperjuangkan sesuatu yang hak. Tidak ragu dalam mengerjakan kebenaran berdasarkan Al Qur’an dan al hadits. Tidak mudah terpengaruh dengan omongan orang.
Contoh:
Kita boleh dengki terhadap orang lain dalam 2(dua) hal:
23. فِى الرَّخَاءِ شَكُوْرًا
1. قُوَّةً فِي دِيْنْ
kuat di dalam urusan agamanya, artinya orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, keyakinannya tidak terpengaruh oleh keadaan, dan tidak lemah karena cobaan. Mengerjakan agama itu tidak melihat kondisinya. Senang, susah, banyak uang, banyak hutang, tetap mengerjakan agamanya. Kalau banyak utang, ya hutangnya dibayar.
kuat di dalam urusan agamanya, artinya orang yang beriman itu harus kuat memegang teguh pendiriannya, keyakinannya tidak terpengaruh oleh keadaan, dan tidak lemah karena cobaan. Mengerjakan agama itu tidak melihat kondisinya. Senang, susah, banyak uang, banyak hutang, tetap mengerjakan agamanya. Kalau banyak utang, ya hutangnya dibayar.
2. وَحَزْمًا فِي لِيْنٍ
tegas, trengginas di dalam lunak/ lemah lembut. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar. Tegas dalam mengambil sikap. Tidak plin plan. Mudah menerima nasehat/pitutur dari siapa saja yang memberikan nasehat. Tidak membela diri karena kuatir jatuh harga dirinya. Hatinya gampang untuk diajak maju menuju ke arah yang lebih baik atau ke yang lebih sempurna. Tegas tapi tidak kaku, tidak maunya menang sendiri. Bisa berlapang dada.
tegas, trengginas di dalam lunak/ lemah lembut. Orang yang beriman itu harus mampu membuat penilaian yang benar. Tegas dalam mengambil sikap. Tidak plin plan. Mudah menerima nasehat/pitutur dari siapa saja yang memberikan nasehat. Tidak membela diri karena kuatir jatuh harga dirinya. Hatinya gampang untuk diajak maju menuju ke arah yang lebih baik atau ke yang lebih sempurna. Tegas tapi tidak kaku, tidak maunya menang sendiri. Bisa berlapang dada.
3. وَاِيْمَانًا فِي يَقْيْنٍ
iman di dalam keyakinan. Orang yang beriman itu keimanannya mantap yakin terhadap kebenaran yang diperjuangkan, yakin bahwa apa yang diperjuangkan itu benar. Tidak ragu-ragu dalam mengajak kebenaran. Rela berkurban untuk memperjuangkan sesuatu yang hak. Tidak ragu dalam mengerjakan kebenaran berdasarkan Al Qur’an dan al hadits. Tidak mudah terpengaruh dengan omongan orang.
Contoh:
seorang istri meminta suaminya (pak haji) untuk menjual kambing ke pasar. Istrinya pak haji mengharapkan setelah menjual kambing ke pasar, nanti pak haji akan memperoleh uang. Pak haji berangkat ke pasar sambil menuntun seekor kambing. Di tengah jalan, bertemu dengan orang-orang yang berkata “ eh, pak Haji kok nuntun anjing…”. Saat itu pak haji teguh pendiriannya. Bagaimana tuh orang-orang, lha wong aku nuntun kambing kok dibilang nuntun anjing…. Kemudian pak haji melanjutkan perjalanannya, di dalam perjalanannya, pak haji kembali bertemu dengan seseorang dan orang itu berkata bahwa yang pak haji bawa itu anjing. Pak haji masih bisa berpikir jernih. Kenapa ya… orang tadi mengira aku bawa anjing? Apa dia sudah ngga waras ya… lha wong jelas-jelas yang aku bawa dari rumah itu kambing. Kemudian pak haji melanjutkan perjalanan ke pasar dan di setiap dalam perjalanan dan bertemu seseorang, orang yang bertemu pak haji tersebut selalu bilang bahwa yang dibawa pak haji itu anjing. Pak haji mulai berpikir kembali. Apakah benar ya.. yang dikatakan orang-orang. Apa memang benar apa yang aku bawa adalah anjing? Masa’ sih… orang-orang yang semua berkata bahwa yang aku bawa adalah anjing itu orang-orang yang bohong, orang-orang yang dusta? Jangan-jangan, benar apa kata mereka. Oh… kalau benar kata mereka, berarti … kenapa aku mbawa anjing? Masa’ sih… orang aku ini kiyai, aku ini orang Islam, mau menjual anjing? Ah…sebaiknya aku lepas saja ini…aku ngga mau menjual anjing, apa nanti kata orang-orang….
Akhirnya, pak haji melepaskan kambingnya dan berlari pulang tanpa membawa uang hasil penjualan kambing. Inilah salah satu contoh orang yang tidak yakin dengan apa yang dibawanya. Salah satu contoh orang yang mudah terpengaruh terhadap sesutu yang benar.
4. وَحِرْصًا فِي عِلْمٍ
Dan kepingin (حِرْصًا itu keinginan yang datang dari dalam hati) di dalam ilmu. Yaitu orang iman itu adalah orang yang haus ilmu. Artinya orang iman itu selalu mengharapkan untuk bertambahnya ilmu sebagai modal pengetahuan kebenaran, untuk mengetahui haram harom, untuk mengetahui salah dan benar, najis dan suci. Itu semua dapat diperoleh di dalam ilmu. Dapat diperoleh dari orang-orang yang mempunyai ilmu. Dan orang iman itu tidak kenyang-kenyangnya selalu mencari ilmu selama hayat masih dikandung badan. Mencari ilmu itu bukan hanya perilakunya jaman Nabi Muhammad s.aw saja, tetapi, jaman nabi-nabi dulu juga sudah diperintah punya adat untuk mencari ilmu. Contoh cerita dalam Al Qur’an, ceritanya nabi Musa dalam mencari ilmu mencari nabi Khodir, dengan mengarungi laut. Cerita lengkap tentang nabi Musa dalam mencari ilmu ada di surat Al Kahfi.
5. وَشَفَقَةً فِي مِقَةٍ
dan khawatir di dalam ketenangan, takut di dalam ketenangan. Orang yang beriman itu harus selalu merasa takut, kuatir, jangan-jangan amal sholeh yang dimilikinya belum cukup untuk menghadap ke Allah. Sehingga isinya adalah beramal, beramal dan beramal. Di sisi lain, dia akan merasa tenang, karena pahalanya tidak mungkin diambil orang lain, hasilnya akan memperoleh kemenangan. Akan tumbuh rasa sakdermo, tidak disertai dengan emosi. Setiap selesai mengerjakan amal sholeh maka akan disertai dengan rasa syukur. Contoh: koruptor, dia takut tapi hidupnya tidak tenang.
6. وَحِلْمًا فِي عِلْمٍ
dan arif(bijaksana) di dalam ilmu, tambah di dalam ilmu, mempunyai sikap tekun, telaten, tabah, tidak mudah putus asa di dalam mencari ilmu. Sabar dan arif hatinya di dalam menimba ilmu dari Al Qur’an dan Hadits.
dan arif(bijaksana) di dalam ilmu, tambah di dalam ilmu, mempunyai sikap tekun, telaten, tabah, tidak mudah putus asa di dalam mencari ilmu. Sabar dan arif hatinya di dalam menimba ilmu dari Al Qur’an dan Hadits.
7. وَقَصْدًا فِي غِنًى
Dan sedengan/sederhana di dalam kekayaan, maksudnya sederhana meskipun dalam kondisi sedang kaya. Orang yang beriman itu mempunyai sifat sederhana dalam hidupnya walaupun kaya raya dia mengerti haknya harta sehingga tak segan-segan ngebosi/membela perjuangan agamanya Allah. Meskipun kaya dia hidupnya tetap sederhana dalam arti dia mengerti haknya harta itu kemana sehingga kalau ada panggilan sabilillah membutuhkan tidak segan-segan untuk ngebosi atau mengeluarkan kekayaanya itu. Kalau seseorang diberi kekayaan oleh Allah maka tidak ada orang lain yang bisa mencegah, sebaliknya kalau Allah sudah mencegah pemberian kepada seseorang maka tidak ada satu makhlukpun yang bisa memberi. Tidak ada manfaat bagi seseorang atas kekayaan tersebut apabila tidak tahu harus dibelanjakan kemana. Jika seseorang tahu kalau rezekinya tidak barokah maka tidak akan manfaat rezeki yang yang diperolehnya itu. Nah, dengan mengenal sifatnya Allah tersebut, jika orang iman tersebut diberi kekayaan, maka tidak perlu ditunjuk-tunjukkan harus digunakan untuk apa kekayaan tersebut, tapi kalau ada panggilan sabilillah dan dia tahu haknya harta, maka dia akan berpikir, ooo… ini haknya harta saya dan harus dikeluarkan untuk perjuangan agamanya Allah. Dengan demikian, hidupnya kaya tapi tetap sederhana. Marilah meniru kekayaan yang dimiliki Abu Bakar, Umar bin Khattab, Nabi Sulaiman, dan Utsman bin Affan. Mereka itu adalah orang kaya yang bisa memanfaatkan hartanya. Kita jangan meniru seperti tsa’labah, atau Qorun yang diberi kekayaan tapi mereka tak tahu manfaat hartanya dan tak mengerti haknya hartanya. Akhirnya apa yang terjadi? Justru hartanya itu yang menyengsarakan diri mereka menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Sudah hartanya dicari dengan susah, akhirnya hartanya itu juga yang menjerumuskannya ke neraka.
Dan sedengan/sederhana di dalam kekayaan, maksudnya sederhana meskipun dalam kondisi sedang kaya. Orang yang beriman itu mempunyai sifat sederhana dalam hidupnya walaupun kaya raya dia mengerti haknya harta sehingga tak segan-segan ngebosi/membela perjuangan agamanya Allah. Meskipun kaya dia hidupnya tetap sederhana dalam arti dia mengerti haknya harta itu kemana sehingga kalau ada panggilan sabilillah membutuhkan tidak segan-segan untuk ngebosi atau mengeluarkan kekayaanya itu. Kalau seseorang diberi kekayaan oleh Allah maka tidak ada orang lain yang bisa mencegah, sebaliknya kalau Allah sudah mencegah pemberian kepada seseorang maka tidak ada satu makhlukpun yang bisa memberi. Tidak ada manfaat bagi seseorang atas kekayaan tersebut apabila tidak tahu harus dibelanjakan kemana. Jika seseorang tahu kalau rezekinya tidak barokah maka tidak akan manfaat rezeki yang yang diperolehnya itu. Nah, dengan mengenal sifatnya Allah tersebut, jika orang iman tersebut diberi kekayaan, maka tidak perlu ditunjuk-tunjukkan harus digunakan untuk apa kekayaan tersebut, tapi kalau ada panggilan sabilillah dan dia tahu haknya harta, maka dia akan berpikir, ooo… ini haknya harta saya dan harus dikeluarkan untuk perjuangan agamanya Allah. Dengan demikian, hidupnya kaya tapi tetap sederhana. Marilah meniru kekayaan yang dimiliki Abu Bakar, Umar bin Khattab, Nabi Sulaiman, dan Utsman bin Affan. Mereka itu adalah orang kaya yang bisa memanfaatkan hartanya. Kita jangan meniru seperti tsa’labah, atau Qorun yang diberi kekayaan tapi mereka tak tahu manfaat hartanya dan tak mengerti haknya hartanya. Akhirnya apa yang terjadi? Justru hartanya itu yang menyengsarakan diri mereka menjerumuskan mereka ke dalam neraka. Sudah hartanya dicari dengan susah, akhirnya hartanya itu juga yang menjerumuskannya ke neraka.
8. وَتَجَمُّلاً فِي فَاقَةٍ
Dan berhias / bersolek di dalam kemlaratan. Orang yang beriman itu mempunyai sifat selalu menjaga kebersihan dirinya. Rumahnya selalu bersih. Walaupun dalam kondisi melarat, sengsara, ataupun miskin, dia berusaha untuk merias dirinya, dan selalu menjaga harga dirinya sebagai orang iman. Menjaga harga diri sebagai orang iman itu maksudnya adalah siap untuk tetap berbudi luhur. Secara fisik dia tetap bersolek meskipun kondisinya mlarat. Orang ingin cantik itu tidak harus kaya, sudah cukup yang penting mandi yang bersih, sikat gigi, rambutnya disisir. Iya kan…?? Seperti itu perlu dilakukan oleh orang iman karena orang iman itu ingat akan sunah nabi bahwa bersih itu sebagian dari iman. Allah itu bagus dan senang pada apa-apa yang bagus. Jadi kita harus bersih. Bersih itu tidak harus mahal. Meskipun pakai kerudung ya tetap dijaga kebersihannya. Jangan sampai sikat gigi sebulan sekali sampai giginya menguning. Jangan seperti itu. Untuk fisiknya citra sebagai orang iman ya tetap dijaga. Maksudnya apa? Maksudnya adalah bisa berbudi luhur, berhias yang rapi, bajunya sesuai dengan bajunya orang iman, sesuai dengan ajaran nabinya. Berbudi luhur saja masih belum cukup kalau dirinya tidak dirawat. Jadi meskipun kondisinya sebagai orang yang tidak punya, kondisinya melarat, tetapi dia tetap berhias. Jadi berhias itu tidak harus mahal, untuk tampil cantik itu tidak harus mahal, yang penting hatinya baik tetap menjaga martabatnya orang iman. Dan akhirnya akan nampak di fisiknya karena ditunjang kebaikan budi pekertinya apalagi ditunjang dengan penampilannya jadi sesuai.
9. وَتَحَرُّجًا عَنْ طَمَعٍ
Dan merasa dosa dari rakus(perbuatan serakah). Artinya orang yang beriman itu merasa berdosa terhadap perbuatan-perbuatan yang tamak, yang rakus atau serakah sehingga hidupnya itu selalu sederhana tidak nggrangsang. Nggrangsang itu artinya selalu merasa kurang terus, sehingga hidupnya ngongso, selalu memforsir dirinya diluar kemampuannya. Orang iman itu agar tidak nggrangsang sehingga dia bisa menerima pemberian Allah, bisa nrimo ing pandum dengan tetap selalu berusaha. Jadi orang iman itu akan merasa dosa kalau sampai dia itu rakus, tidak bisa menimbang antara kemampuan dan kemauan. Kemauan boleh banyak tapi dilihat kemampuanya, kalau sampai hutang-hutang untuk mengurusi gaya hidupnya, itulah yang gak boleh, itu namanya serakah, dan orang iman selalu merasa berdosa kalau melakukan hal seperti itu. Orang yang masih serakah berarti masih melakukan seseuatu yang mubadzir. Padahal orang yang suka melakukan sesuatu yang mubadzir dan masih suka ngongso, berarti sama dengan saudaranya syetan. Seseorang kalau diberi rezeki dari Allah supaya tahu kegunaan hartanya dan bisa menahan diri untuk tidak serakah. Kalau tetangga punya sesuatu yang tidak kita miliki, maka kita wajib mensyukuri apa yang kita punya. Takutlah akan dosanya serakah yang tujuannya untuk memperkaya diri dimana dalam memperolehnya menerjang larangan-larangan Allah. Menerjang larangan Allah itu bahaya. Bila seseorang berani hutang apalagi hutangnya ke rentenir hanya untuk mencukupi kebutuhan istrinya, itu namanya belum bisa mewujudkan sifat orang iman وَتَحَرُّجًا عَنْ طَمَعٍ. Yang paling enak itu saat minta rezeki yang pas-pasan kepada Allah, kemudian Allah memberi, maka supaya disyukuri. Contohnya saat ingin haji pas ada bekalnya; saat ingin beli rumah pas ada uangnya; saat ingin beli mobil ya pas ada uangnya; saat mau jalan-jalan ada uangnya, saat ingin beli baju, pas uangnya ada. Itu kan enak. Kita nggak usah minta yang macam-macam. Insya Allah itulah rezeki yang pas-pasan. Ya Allah berilah rezeki saya, rezeki yang pas-pasan, pas butuh ya pas ada.
Dan merasa dosa dari rakus(perbuatan serakah). Artinya orang yang beriman itu merasa berdosa terhadap perbuatan-perbuatan yang tamak, yang rakus atau serakah sehingga hidupnya itu selalu sederhana tidak nggrangsang. Nggrangsang itu artinya selalu merasa kurang terus, sehingga hidupnya ngongso, selalu memforsir dirinya diluar kemampuannya. Orang iman itu agar tidak nggrangsang sehingga dia bisa menerima pemberian Allah, bisa nrimo ing pandum dengan tetap selalu berusaha. Jadi orang iman itu akan merasa dosa kalau sampai dia itu rakus, tidak bisa menimbang antara kemampuan dan kemauan. Kemauan boleh banyak tapi dilihat kemampuanya, kalau sampai hutang-hutang untuk mengurusi gaya hidupnya, itulah yang gak boleh, itu namanya serakah, dan orang iman selalu merasa berdosa kalau melakukan hal seperti itu. Orang yang masih serakah berarti masih melakukan seseuatu yang mubadzir. Padahal orang yang suka melakukan sesuatu yang mubadzir dan masih suka ngongso, berarti sama dengan saudaranya syetan. Seseorang kalau diberi rezeki dari Allah supaya tahu kegunaan hartanya dan bisa menahan diri untuk tidak serakah. Kalau tetangga punya sesuatu yang tidak kita miliki, maka kita wajib mensyukuri apa yang kita punya. Takutlah akan dosanya serakah yang tujuannya untuk memperkaya diri dimana dalam memperolehnya menerjang larangan-larangan Allah. Menerjang larangan Allah itu bahaya. Bila seseorang berani hutang apalagi hutangnya ke rentenir hanya untuk mencukupi kebutuhan istrinya, itu namanya belum bisa mewujudkan sifat orang iman وَتَحَرُّجًا عَنْ طَمَعٍ. Yang paling enak itu saat minta rezeki yang pas-pasan kepada Allah, kemudian Allah memberi, maka supaya disyukuri. Contohnya saat ingin haji pas ada bekalnya; saat ingin beli rumah pas ada uangnya; saat ingin beli mobil ya pas ada uangnya; saat mau jalan-jalan ada uangnya, saat ingin beli baju, pas uangnya ada. Itu kan enak. Kita nggak usah minta yang macam-macam. Insya Allah itulah rezeki yang pas-pasan. Ya Allah berilah rezeki saya, rezeki yang pas-pasan, pas butuh ya pas ada.
10. وَكَسْبًا فِي حَلَالٍ
Bekerja di dalam kehalalan. Dalam memilih mencari maisyah hendaknya memilih yang halal, baik& benar. Halal rizqinya, baik serta benar cara mendapatkannya. Harus sesuai syariat Al qur'an & Al hadist.
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلّ
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.
Bekerja di dalam kehalalan. Dalam memilih mencari maisyah hendaknya memilih yang halal, baik& benar. Halal rizqinya, baik serta benar cara mendapatkannya. Harus sesuai syariat Al qur'an & Al hadist.
أَحَبُّ الأَعْمَالِ إِلَى اللَّهِ تَعَالَى أَدْوَمُهَا وَإِنْ قَلّ
Amalan yang paling dicintai oleh Allah Ta’ala adalah amalan yang kontinyu walaupun itu sedikit.
11. وَبِرًّا فِى اسْتِقَامَةٍ
Baik dalam ketetapan(stabil dalam kebaikan,selalu istiqomah).
Baik dalam ketetapan(stabil dalam kebaikan,selalu istiqomah).
Kontinyu dalam kebaikan. Walaupun kebaikan yang dilakukan itu sedikit, tapi jika dilakukan secara kontinyu maka itu lebih baik daripada mengerjakan amalan yang banyak tapi terputus, hanya dilakukan sesaat saja, dan tidak kontinyu dikerjakan. Kebaikan sedikit tapi jika dilakukan dengan kontinyu maka akan melanggengkan ketho'atan kita pada Allah. Kita harus merasa selalu diawasi oleh Alloh, bisa muroqobah. Bisa mengekalkan amal kebaikan dengan keikhlasan hati dan mengharap pahala Alloh.
12. وَنَشَاطًا فِى هُدًى
Trengginas (semangat & terampil) di dalam petunjuk.
Orang iman itu selalu semangat dalam memperjuangkan agama dan petunjuk yang sudah diberikan Allah. Tidak BAKMI (bosen, aras-arasen, kesed, males, isin), rendah hati, ringan tangan, ringan kaki, serta rajin sehingga hidayah Allah bisa selalu terjaga, sebab Al Qur'an dan Al Hadist itu barang mati.
Trengginas (semangat & terampil) di dalam petunjuk.
Orang iman itu selalu semangat dalam memperjuangkan agama dan petunjuk yang sudah diberikan Allah. Tidak BAKMI (bosen, aras-arasen, kesed, males, isin), rendah hati, ringan tangan, ringan kaki, serta rajin sehingga hidayah Allah bisa selalu terjaga, sebab Al Qur'an dan Al Hadist itu barang mati.
13. وَنَهْيًا عَنْ شَهْوَةٍ
Dan menahan/mencegah dari syahwat(keinginan/kehendak/hawa nafsu). Maksudnya adalah orang iman itu agar dapat mengendalikan dirinya untuk tidak selalu menuruti hawa nafsu/syahwatnya/ keinginan yang tidak bermanfaat. Syahwat adalah keinginan yang tidak ada manfaatnya dan banyak mudhorotnya bila dituruti, lebih condong ke hawa nafsu. Dalam setiap akan melakukan/menginginkan sesuatu hal agar selalu dipikirkan/dilihat lebih dahulu apakah sesuatu tersebut bermanfaat atau tidak bagi dirinya, bagi agamanya, dan bagi kehidupannya. Nabi saja saat disuruh memilih antara dua perkara, maka nabi akan memilih perkara yang paling mudah selama itu masih perkara dunia, takut kalau perkara yang dipilihnya bisa memberatkan dirinya. Tidak semua keinginan kita harus dituruti.
14. وَرَحْمَةً لِلْمَجْهُودِ
Dan kasihsayang bagi orang yang keberatan/lemah. Orang iman itu selalu kasih sayang terhadap orang iman yang lemah, miskin, dan berat dalam kehidupannya. Orang iman itu peduli terhadap orang yang lemah. Nabi pernah ditegur oleh Allah karena berpaling dari orang miskin (dalam surat abasa). Ketika itu Nabi kedatangan Ummi maktum, Nabi cemberut karena pada saat itu Nabi sedang kedatangan tamu pembesarnya orang kafir. Saat itu Nabi lebih menyambut baik kedatangan pembesar kafir dari pada ummi maktum.
15. وَاِنَّ الْمُوءْمِنَ مِنْ عِبَادِ الّٰلهِ لَا يَحِيْفُ عَلٰى مَنْ يُبْغِضُ
Dan sesungguhnya orang iman dari hamba-hambanya Allah tidak nyimpang atas orang yang membuat marah. Maksudnya, orang iman itu tidak menyimpang dari garis-garis kebenaran Allah meskipun terhadap orang yang kita benci. Dalam ibadah pada Allah itu, tidak terpengaruh dengan kondisi dan situasi yang mempengaruhi dirinya.
16. وَلَا يَاءْثَمُ فِى مَنْ يُحِبُّ
dan tidak mengerjakan di dalam orang yang dia senangi (tidak berdosa di dalam orang yang disenangi). Orang iman itu di dalam menyenanginya terhadap seseorang tidak menimbulkan pelanggaran yang mengakibatkan dosa, yaitu tidak menerjang larangan Allah sehingga mengakibatkan dosa. Allah memberikan rasa cinta kepada makhluknya, sebagai contoh, Allah memberikan rasa cinta kepada seseorang untuk cinta kepada seseorang yang lainnya. Contoh yang ngga boleh dilakukan: seorang lelaki mencintai seorang perempuan yang sudah bersuami. Ini tidak boleh dilakukan karena menerjang larangan Allah.
17. وَلَا يُضَيِّعُ مَااسْتُوْدِعُ
Dan tidak menyia-nyiakan apa-apa yang dititipkan. Sifatnya orang iman adalah tidak menyia-nyiakan(meremehkan/menyelewengkan) titipan dari orang lain. Artinya orang iman itu harus bersifat jujur dan amanah. Kalau dititipi sesuatu maka disampaikan ke yang berhak menerima. Contoh: Andi dititipi uang 5 juta untuk diberikan ke Indah. Maka Andi harus menyampaikan uang 5 juta tersebut ke Indah tanpa dikurangi serupiahpun. Andaikan kebetulan saat itu Andi butuh sekali dengan uang tersebut, maka Andi harus ijin dulu ke Indah. Yaitu, sesudah uang titipan tersebut disampaikan ke Indah, andi mengungkapkan keperluannya pinjam uang tersebut (nembung :jawa) ke Indah. Kalau Indah Indah mengijinkan disyukuri, jika tidak mengijinkan ya jangan memaksa.
18. وَلَا يَحْسُدُ وَلَا يَطْعَنُ وَلَا يَلْعَنُ
Dan tidak dengki dan tidak nyacat(mencela,maido(jawa)) dan tidak melaknat(mendoakan jelek). Orang iman itu tidak memiliki sifat dengki, tidak suka mencela/menuduh jelek terhadap sesama orang iman, dan juga menghindari melaknati orang lain. Oleh karena itu, orang iman agar mewujudkan rukun dan kompak. Rukun itu perbuatan hati, kalau hatinya sudah menerima sikap rukun, maka hati tersebut akan mendorong seseorang untuk berbuat kebaikan. Sifat dengki harus kita jauhi, karena dampak dengki itu luar biasa, yaitu:
- dengki itu membenci pada apa-apa yang telah Allah berikan, karena benci terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain, berarti benci terhadap ketentuan Allah;
- dengki itu dapat menghapus kebaikan seperti api melahap kayu bakar; dengki itu perbuatan hati, kalau tidak segera diobati akan mendorong seseorang untuk melakukan sesuatu.
- hatinya orang yang dengki itu akan selalu merasa sedih dan susah yang berkepanjangan;
- hasad itu serupa dengan orang-orang yahudi dimana mereka bencinya kepada orang iman dan kepada nabi itu luar biasa bencinya. Itu merupakan perbuatan syetan. Seperti iblis yang benci kepada Adam;
- bagaimanapun kuatnya dengki, tidak dapat menghapus nikmat Allah terhadap orang lain. Dengki itu timbul karena melihat nikmat orang lain yang melebihi dirinya secara terus menerus dan dirinya tidak mau menerima. Karena dengkinya ditimbun terus menerus dan semakin kuat, maka akhirnya memiliki sikap dengki yang kuat. Walau bagaimanapun kuatnya dengki yang sudah dimiliki, tidak akan mengubah nikmat yang sudah dberikan Allah terhadap orang yang didengki.
- Dengki itu bisa menghilangkan kesempurnaan keimanannya seseorang. Seseorang tidak dikatakan iman sehingga orang tersebut mencintai orang lain seperti dia mencintai dirinya sendiri.
- Dengki itu dapat melalaikan nikmat yang diberikan Allah berikan, karena hatinya sibuk dengan melihat kenikmatan orang lain.
- Dengki itu akhlak tercela karena selalu memantau orang lain melupakan dirinya.
- seseorang yang diberi oleh Allah Al Qur’an dan bisa mengamalkan al Qur’an siang maupun malam. Jadi kita boleh iri pada orang yang hapal Al Qur’an, kemudian kita meniru agar bisa seperti orang yang kita iri tersebut.
- Seseorang yang diberi rizki/harta yang banyak yang digunakan untuk sabilillah.
Jika kalian dengki sampai menganiaya maka yang didengki itu akan mengambil kebaikan kalian di hari kiamat. Untuk menghilangkan dengki, maka kita agar membiasakan berdoa dijauhkan dari sifat dengki, mendoakan orang yang membuat kita dengki tersebut dengan doa yang baik, mendoakan orang lain boleh ditampakkan ke orang tersebut. Sehingga lama kelamaan kita akhirnya bisa mengikis sikap dengki dan bisa menikmati nikmat yang diberikan Allah kepada kita.
19. وَيَعْتَرِفُ باِالْحَقِّ وَاِنْ لَمْ يُشْهَدُ عَلَيْهِ
Dan mengakui dengan hak. (ada di kitabul khutbah hal.19). dan meskipun tidak disaksikan atasnya. Mengetahui pada kebenaran meskipun tidak, selalu mengakui kesalahan yang diperbuatnya meskipun tidak ada seorangpun yang menyaksikan dirinya melakukan pelanggaran. Kemudian orang tersebut bertobat kepada Allah atas dosa yang telah diperbuatnya dan menjalankan kafarohnya sebagai pelebur dosanya, dan berjanji untuk tidak mengulangi kesalahannya lagi. Tapi, untuk orang yang melakukan zina, Nabi sendiri berpaling dari seseorang yang mengaku zina tanpa ada saksi, kecuali kalau dia mengaku sendiri telah melakukan zina dan bersumpah demi Allah (sebagai penyaksiannya) bahwa dirinya memang sudah melakukan zina, maka barulah dijalankan kafarohnya. Begitu pula jika seorang suami menuduh istrinya melakukan zina dan tidak ada saksi, maka saksinya adalah sang suami itu bersumpah demi Allah bahwa istrinya tersebut sudah melakukan zina. Seseorang dalam mengakui kesalahannya sendiri itu sangatlah sulit. Seseorang berani mengakui kesalahannya sendiri itu termasuk salah satu bentuk tobat, salah satu bentuk pengakuan dosa kepada Allah.
20. وَلَايَتَنَبَزُبِاالْاَلْقَابِ
Dan tidak menjuluki dengan julukan yang jelek. Orang iman terhadap orang iman yang lain tidak memanggil dengan panggilan yang menyakitkan hati. Contohnya: memanggil orang lain: “hai fasiq” atau “ hai munafiq”. Contoh lain: “hai gembrot”. Kalau orangnya dipanggil dengan panggilan tersebut masih senang maka tidak masalah, tetapi jika menimbulkan rasa sakit hati, maka itu tidak boleh, harus minta maaf.
21. فِى الصَّلاَةِ مُتَخَشِّعًااِلَى الزَّكَاةِ مُسْرِعًا
Di dalam sholat khusu’, pada zakat cepat-cepat ( untuk mengeluarkannya). Artinya, orang iman itu adalah orang yang selalu khusu’ (hati dan pikirannya) dan tuma’ninah (gerakannya) di dalam mengerjakan sholat (sholat wajib maupun sholat sunnah). Sifat orang iman itu segera mengeluarkan zakat bila sudah mencapai nishobnya zakat. Kalau zakat fitrah itu wajib bagi semua orang iman, entah itu kaya, miskin, dewasa, anak-anak, ataupun bayi yang baru lahir, serta budak.
22. فِى الزَّلَازِلِ وَقُوْرًا
23. فِى الرَّخَاءِ شَكُوْرًا
Dalam waktu longgar banyak bersyukur. Orang iman itu banyak bersyukur didalam waktu longgarnya. Dalam bersyukur itu tidak harus mencari hal-hal yang besar, tapi mulailah dari hal-hal yang kecil. Contohnya bersyukur saat baru bangun tidur, bersyukur karena masih diberi waktu untuk hidup, bersyukur karena masih diberi kebaikan-kebaikan oleh Allah.
24. قَانِعًابِالَّذِى لَهُ لَايَدَّعِى مَالَيْسَ لَهُ
Menerima dengan yang baginya tidak mengakui apa-apa yang tidak ada baginya. Orang iman itu menerima apa yang sudah menjadi miliknya saja dan tidak mengakui apa-apa yang bukan miliknya. Nrimo ing pandum, tidak mengaku-ngaku apa yang bukan miliknya. Hak ini sering terjadi di kehidupan. Sungguh beruntung bagi orang yang sudah diberi rizki, yang bisa berserah diri, yang diberi rizki yang cukup, yang pas-pasan, diberi sifat qonaah atas apa-apa yang sudah Allah berikan. Itulah kebahagian orang iman yang sesungguhnya. Tidak merampas haknya orang lain, tidak mengaku-ngaku yang bukan haknya. Contoh: masalah tanah. Banyak orang rebutan tentang kepemilikan tanah. Banyak yang mengambil tanah milik orang lain. Contohnya mengenai tanah kavling, ada yang masih merampas haknya orang lain. Walaupun cuma sedikit dalam merampas tanah yang bukan miliknya, misalkan mengambil sejengkal tanah. Haknya tanah itu bagian atas dan bagian bawah sampai dengan 7 lapis bumi. Dalam hadits muslim, Nabi bersabda: barang siapa yang merampas haknya orang islam dengan bersumpah maka Allah memasukkannya ke neraka dan mengharomkan baginya surga, kemudian sahabat bertanya meskipun dengan sedikit ya nabi? Nabi menjawab meskipun cuma sebatang kayu siwak. Dimana ada seseorang yang mengambil tanah milik orang lain, maka Allah akan membebaninya sampai dengan hari kiamat (riwahu ahmad), tanah yang diambil dijadikan oleh Allah untuk mengalungi leher orang tersebut sampai hari kiamat. Oleh karena itu, kalau mau mbangun rumah, biasanya banyak yang mencuri menggali selokan tetangga, menggali tanah untuk mengalirkan kotorannya ke tanah tetangga tanpa seijin tetangga. Memang tidak kelihatan oleh tetangga karena menggalinya kan di bawah bumu, tapi itu harus hati-hati. Karena batas tanah itu ke atas dan ke bawah. Contoh lagi, membuat atap rumah sehingga dari atap tersebut airnya mengalir (trocohan air) ke tanah tetangganya, itu juga harus hati-hati dengan ancaman Allah. Begitu bangkit dari kubur, orang yang mencuri tanah sudah dibebani dengan apa yang dia ambil sampai ke padang masyar.